Proyeksi Layar HP Ke PC dan Laptop : Screen Mirroring Menggunakan Vysor

Dwi Kustari, S.Sos. BBPMP Provinsi Jawa Tengah   Pengantar Saat melakukan presentasi tentang sebuah aplikasi, terkadang kita dituntut untuk menunjukkan...
Read More

Laporan ULT Bulan Maret 2022

Laporan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) Bulan Maret 2022 ULT LPMP Provinsi Jawa Tengah   Jumlah Pengunjung ULT LPMP Provinsi Jawa...
Read More

Release Update ARKAS V 3.3

Pada Tanggal 21 April 2022 Aplikasi arkas update Release Update ARKAS V 3.3. Berikut adalah listperbaikannya: 1. Penyesuaian tarif PPn...
Read More

Bimtek Platform Merdeka Belajar dan IKM bagi Pengawas Angkatan I

Semarang-LPMP Jateng.  Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Tengah melaksanakan Bimbingan Teknis Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar dan Implementasi Kurikulum Merdeka...
Read More

Yuk, Nulis Haiku

Ajakan itu saya tujukan khususnya untuk para guru bahasa Indonesia di manapun berada. Tentu saja ajakan itu berlaku juga bagi peminat sastra khususnya puisi. Ajakan secara umum saya alamatkan kepada pembaca yang budiman. Pendek kata, ajakan menulis haiku saya tujukan kepada siapa saja.

Haiku adalah puisi pendek khas Jepang. Puisi itu disajikan dalam tiga larik. Masing-masing larik berisi 5, 7, dan 5 suku kata. Total suku kata dalam haiku adalah 17 suku kata. Singkatnya, formula haiku adalah 5+7+5 = 17 suku kata. Ya, Anda hanya perlu 17 suku kata untuk mencipta haiku. Mudah bukan, membuat haiku?

Saya mulai menggemari menulis haiku, sekitar setahun yang lalu. Meskipun perkenalan saya dengan haiku terjadi sudah cukup lama. Sejak masih kuliah di Universitas Sebelas Maret dulu, haiku sudah saya kenal. Namun, minat saya menulis haiku justru dipicu oleh teman Kepala SMP Kebumen, Sugiyatno, yang mengajak saya menulis haiku. Jadilah sejak setahunan ini, saya suka menulis haiku.

Sebelum kita bahas haiku lebih jauh, silakan simak haiku yang saya tulis pagi ini.

Pagi membuka

Burung berkicau riang

Hati gembira!

Salatiga, 12-01-2019

Puisi haiku itu jelas memuat tiga larik. Setiap lariknya bila Anda hitung terdapat 5, 7, dan 5 suku kata. Larik pertama: Pa-gi-mem-bu-ka (5). Larik kedua: Bu-rung-ber-ki-cau-ri-ang (7). Larik ketiga: Ha-ti-gem-bi-ra (5). Total seluruh suku kata haiku itu memuat 17 suku kata. Dengan demikian dari segi bentuk, puisi tersebut memenuhi syarat sebagai haiku.

Jika Anda cermati haiku itu, isinya mengungkapkan hal sederhana bukan? Ya, haiku memang berisi hal-hal sederhana. Ia tidak menghendaki pilihan kata rumit, mengungkap tema berat, atau harus mengusung nilai utama. Haiku cukup mengungkap peristiwa yang kita lihat, dengar, atau rasakan. Selanjutnya kita sajikan ungkapan, seruan, atau eksklamasi atas peristiwa itu. Pada haiku saya itu, larik 1 dan 2 adalah peristiwa yang saya lihat dan dengar. Sementara, pada larik ke-3 adalah ungkapan berupa eksklamasi atas peristiwa larik 1 dan larik 2.

Menurut para ahli haiku, puisi itu memang memotret peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Ia tidak menghendaki perumpamaan atau kiasan. Haiku sangat minim terhadap tanda-tanda baca. Juga tidak sibuk dengan persoalan rima. Yang lebih penting haiku memotret peristiwa alam yang terjadi sekeliling kita dan mengungkapkan eksklamasi (kata/frasa seruan) pada larik terakhir. Hal yang utama perlu dilakukan penulis pemula haiku adalah pemadatan pengungkapan puisi dalam formula 5-7-5. Meskipun pada haiku modern, sering kali mengabaikan jumlah suku kata setiap larik haiku.

Bentuk puisi haiku yang padat itu, memerlukan sedikit partisipasi pembaca untuk dapat memahami isinya. Partisipasi itu berupa penambahan kata untuk mencairkan haiku. Seperti misalnya pada haiku saya di atas, pembaca perlu menambahkan kata “terdengar” antara larik 1 dan 2. Juga mengembalikan kata yang hilang di antara larik 2 dan 3, yaitu kata “membuat”. Beberapa kata tambahan dapat Anda tambahkan agar haiku itu menjadi terpahami. Sehingga haiku saya di atas lebih bisa dipahami setelah ditulis berikut ini. (saat) Pagi membuka (hari). Burung (di sangkar milik tetangga) berkicau riang. (membuat) Hati (ku) gembira.

Cukup mudah bukan menulis dan memahami haiku? Mari simak beberapa haiku berikut ini untuk mendapat gambaran yang lebih baik tentang haiku.

  1. Ada pelangi/ Sore di langit biru/ Alangkah indah
  2. Di Rawa Pening/ Asyik nian memancing/ Betapa hening
  3. Di pangkal siang/ Ikan mulai lapar/ Gampang dipancing
  4. Dedaun tua/ rontok jatuh melayang/ merabuk tanah
  5. Sekawan awan/ menari di angkasa/ aku terpana

Apakah haiku hanya untuk melukis alam? Tidak juga. Saya menulis haiku untuk peristiwa bernuansa agama, dalam hal ini Islami. Coba ikuti beberapa haiku berikut ini.

  1. Bulan puasa/ Tiap langkah ibadah/ Syukuri nikmat
  2. Langit meriah/ Bertabur kembang api/ Sambut ramadhan
  3. Lebaran tiba/ Tebar amal ibadah/ Bentang sajadah
  4. Adzan kumandang/ berhentilah bekerja/ waktunya sholat
  5. Berbuat baik/ Jangan ditunda-tunda/ Tabungan surga

Haiku pun tetap menarik untuk mengungkapkan peristiwa sehari-hari. Berikut beberapa haiku saya tentang peristiwa sehari-hari.

  1. Kakak beradik/ Bercanda dalam tawa/ Betapa mesra
  2. Menjemput ibu/ Berpacu dengan waktu/ Rindu menderu
  3. Suara tangis/ Memecah sunyi malam/ Menyayat hati
  4. Trembesi tumbang/ Usai beliung datang/ Jalan terhenti
  5. Sepasang wayang/ Menghias kamar kita/ Pemanis cinta

Setelah beberapa contoh haiku saya sajikan, kembali lagi ke judul ajakan saya. Sudahkah Anda siap menulis haiku? Bersiaplah menghitung jumlah suku kata setiap larik dengan jemari Anda. Begitulah yang juga saya lakukan ketika menulis haiku. Selamat mengasyiki haiku!

*) Slamet Tri Hartanto, Widyaiswara LPMP Jawa Tengah

5 thoughts on “Yuk, Nulis Haiku

  • January 14, 2019 at 1:42 am
    Permalink

    Ide brilian Pak Slamet. Puisi yang pendek namun butuh perjuangan untuk menghadirkan diksi prima. Juga kualitas dan daya kejutnya. Semua ini akan mencerminkan kualitas penulisnya. Saya sering merespon lituli (puisi lima tujuh lima) dari sisi yang mengejutkan.Dan ini bisa membuat teman-teman litulis geregetan.
    Saya mulai nulis lituli dua tahunan lalu. Sehari kadang bisa tergoda menulis dua puluh …Saya senang, merasa tertantang karena banyak kawan yang nglembur menulis lituli. Jam satu malam pun ada lituli muncul..Dr. Sunu Wasono, sohib saya yang dosen FIB UI, penyair gaek Hardho Sayoko dari Kedunggalar, sampai Isni Heriyanto, Kam Ramdan.Novi, Mas Yoto dan puluhan nama lain tiap hari mengunggah lituli.
    Kami sudah mengirimkan karya bersama untuk diterbitkan.Mudah-mudahan bulan depan terbit.
    Salam lituli, eh! haiku..Terus berkarya
    biar tidak pikun.

    Reply
    • March 24, 2020 at 1:35 pm
      Permalink

      Terima kasih Pak Budi

      Reply
  • January 14, 2019 at 4:37 am
    Permalink

    Sederhana, tp menarik dan indah….. 🙂

    Reply
    • January 14, 2019 at 10:54 am
      Permalink

      Makasih….

      Reply
  • January 14, 2019 at 5:47 am
    Permalink

    Makasih Mbak Peni…

    Reply

Leave a Reply to Budi Wahyono, SMKN 7 Semarang Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

iklan