
Pentingnya Perpustakaan Tingkatkan Kompetensi Literasi
Jakarta, LPMP Jateng – Berdasarkan data pokok Pendidikan, jumlah perpustakaan sekolah di Indonesia hanya 40% dibanding dengan jumlah seluruh sekolah yang ada. Hal ini disampaikan oleh Direktur Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Mulyatsah, pada webinar yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Perpustakaan Internasional yang jatuh setiap tanggal 18 Oktober.
Pada kesempatan tersebut Direktur SMP mengajak kepada berbagai pihak, utamanya berbagai pemangku kepentingan bidang Pendidikan, untuk bersama-sama mencukupkan jumlah perpustakaan. Mulyatsah berharap satuan pendidikan sebagai tempat belajar memiliki ruang perpustakaan dengan berbagai macam jenis buku yang bisa dibaca dan menarik untuk anak-anak.
Dikatakannya perpustakaan merupakan unsur yang sangat penting dalam Gerakan Literasi Sekolah. Perpustakaan merupakan ujung tombak budaya literasi sebagai tempat bahan bacaan bagi peserta, guru, anak didik, dan rangkap pendidik sekolah lainnya. “Gerakan literasi ini mempunyai peran yang vital untuk menjadikan sumber daya yang unggul untuk belajar sepanjang hayat dengan secara global dan nilai-nilai Pancasila atau profil Pancasila,” ujarnya.
“Oleh karena itu perpustakaan dituntut untuk bisa mengembangkan inovasi sebagai tempat untuk mencari informasi dan berbagai rujukan yang mengikuti perkembangan zaman,” tambahnya.
Selain jumlahnya yang masih belum mencukupi, fungsi perpustakaan yang ada selama ini belum optimal. Banyak dijumpai perpustakaan sekolah hanya sebagai gudang penyimpanan buku. Peserta didik, bahkan guru-guru enggan melangkah ke perpustakaan.
Perpustakaan belum berfungsi sebagaimana mestinya disebabkan berbagai faktor, seperti jam istirahat yang terbatas 15 menit, koleksi yang tidak menarik, dan tidak ada motivasi bagi peserta didik untuk datang ke perpustakaan.
Menyikapi hal tersebut, Mulyatsyah mengajak perangkat sekolah untuk menjalankan beberapa strategi, seperti menjadwalkan waktu membaca ke perpustakaan bersama-sama dengan durasi 1 jam setiap minggu, kemudian menambah koleksi perpustakaan yang bisa menarik minat baca anak-anak. “Ini adalah bagian dari sebuah gerakan literasi membaca. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana mendesain ruang perpustakaan sekolah tersebut menjadi ruangan yang nyaman oleh peserta didik untuk membaca,” pungkasnya.
Disari dari: kemdikbud.go.id