
Pandemi Versus Literasi
Agus Alim, S.Pd – SD Negeri Sonorejo 01, Kab. Sukoharjo
Pandemi Covid-19 telah merubah berbagai aspek kehidupan kita. Kebiasaan kebiasaan baru mulai diterapkan dalam rangka beradaptasi terhadap perubahan yang ada. Tantangan semakin berat karena banyak beredarnya berita palsu atau hoax tentang pandemic di masyarakat. Berita hoax yang beredar bersifat menyesatkan, merugikan, bahkan menyebarkan ketakutan. Rendahnya kemampuan literasi di masyarakat membuat berita hoax tersebut menyebar lebih cepat, luas dan mudah diterima masyarakat. Sementara itu, berita yang penting dan bermanfaat malah sering kali diabaikan.
Disinilah pentingnya pendidikan literasi. Konsep literasi tidak hanya sebatas seseorang mampu membaca dan menulis. Di dalam literasi terkandung juga konsep pemahaman serta penerapan dalam hal menulis, menyimak, membaca, ataupun berbicara. Dalam kehidupan sehari-hari, literasi menjadi sangat penting, karena melalui literasi kita dapat belajar mengambil keputusan dan sikap yang terbaik dalam menanggapi segala sesuatu. Mengajarkan memampuan literasi kepada anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Anak dibiasakan belajar mulai dari literasi dasar seperti membaca dan menulis hingga literasi tingkat lanjut seperti analisis hingga penerapan hasil literasi.
Sekolah menjadi salah satu ujung tombak dalam mengembangkan kemampuan literasi pada siswa. Gerakan literasi harus dibiasakan sehingga akhirnya menjadi budaya dan terinternalisasi pada diri seseorang. Sekolah dapat membudayakan ekosistem literasi sekolah melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi Sekolah dapat berupa pembiasaan membaca 15 menit sebelum pelajaran, penyediaan taman –taman baca, memperkaya koleksi buku bacaan di pojok baca, memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan sekolah, mengintegrasikan literasi dengan pembelajaran, menciptakan lingkungan kaya literasi, maupun mengadakan kegiatan- kegiatan penunjang literasi.
Di masa pandemi, kegiatan pembelajaran yang awalnya secara tatap muka bergeser ke kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Siswa diharuskan belajar di rumah dan membatasi pembelajaran tatap muka di sekolah. Pada pembelajaran jarak jauh, literasi tetap harus diutamakan. Guru harus mempunyai strategi- strategi khusus dalam membudayakan literasi bagi siswa di rumah. Pembiasaan membaca 15 menit masih dapat diterapkan pada siswa dengan menyesuaikan jenis bacaan yang ada. Bacaan bisa disediakan guru secara daring ataupun disesuaikan dengan buku bacaan yang dimiliki anak di rumah. Guru dapat menggandeng orang tua siswa untuk menyediakan berbagai buku bacaan serta menyediakan ruang pojok baca di rumah.
Guru dapat menggunakan berbagai sumber bacaan seperti ; koran, majalah, ensiklopedia, buku cerita, brosur, kamus dan lain –lain sebagai media pembelajaran literasi siswa di rumah. Pemanfaatan media elektronik seperti televisi, radio, komputer, handphone juga tak kalah efektif guna mengajarkan literasi digital dengan lebih menarik dan interaktif. Melalui internet dapat kita temukan berbagai jenis bacaan, mulai dari cerita di blog, postingan di media sosial, web berita online, e-book, hingga perpustakaan digital. Di masa pandemi, perkembangan teknologi untuk bidang pendidikan meningkat begitu pesatnya.
Pembelajaran literasi dirumah juga dapat dilaksanakan dengan melibatkan berbagai sumber belajar di lingkungan tempat tinggal siswa. Sumber belajar tersebut dapat berupa tempat, benda, orang, ataupun kegiatan yang ada di sekitar. Pembelajaran literasi menggunakan sumber belajar di sekitar rumah misalnya : membuat puisi tentang binatang peliharaan di rumah, mencari contoh poster pencegahan virus covid-19 di lingkungan sekitar, mengamati kegiatan masyarakat dalam menanggulangi pandemi, membuat video cara pembuatan tempat cuci tangan di rumah, dan lain sebagainya.
Mengajarkan literasi tidak bisa hanya dengan menyuruh anak rajin membaca. Mengajarkan literasi juga harus diajarkan melalui keteladanan. Guru menceritakan kepada siswa manfaat yang telah diperoleh guru selama ini melalui literasi. Guru juga memotivasi siswanya dengan mengenalkan berbagai manfaat yang akan didapatkan siswa jika senang belajar dan membaca. Guru dapat mengenalkan berbagai bacaan dan cerita yang menarik yang pernah dibaca. Siswa juga diminta menceritakan cerita menarik dari buku yang pernah dibacanya. Dengan interaksi seperti itu akan membuat siswa tertarik untuk ikut membaca berbagai macam buku.
Selain guru, orang tua juga harus menjadi teladan dalam hal literasi kepada anak. Orang tua merupakan sumber pendidikan pertama dan yang paling utama bagi anak. Untuk membuat anak senang berliterasi dirumah tentu harus dimulai dari orang tua. Orang tua harus mulai membudayakan literasi bagi diri sendiri terlebih dahulu. Selanjutnya, orang tua sebisa mungkin berusaha menanamkan pentingnya belajar literasi bagi anak. Anak didampingi belajar dan membaca saat di rumah. Adanya gerakan orang tua membacakan dongeng akan sangat bagus dilakukan karena dapat membangun kedekatan emosional orang tua dengan anak serta mendorong rasa antusias siswa dalam literasi.
Dari pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa kunci dari keberhasilan pembelajaran literasi pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah keteladanan dan terjalinnya kolaborasi guru dengan orang tua. Guru dan orang tua harus memfasilitasi siswa melalui sarana prasarana maupun pelaksanaan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan literasi dirumah. Dengan dibudayakannya gerakan literasi, diharapkan generasi sekarang dan generasi mendatang akan selalu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan menjadi lebih bijaksana dalam bersikap dan mengambil keputusan di berbagai situasi.