Proyeksi Layar HP Ke PC dan Laptop : Screen Mirroring Menggunakan Vysor

Dwi Kustari, S.Sos. BBPMP Provinsi Jawa Tengah   Pengantar Saat melakukan presentasi tentang sebuah aplikasi, terkadang kita dituntut untuk menunjukkan...
Read More

Laporan ULT Bulan Maret 2022

Laporan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) Bulan Maret 2022 ULT LPMP Provinsi Jawa Tengah   Jumlah Pengunjung ULT LPMP Provinsi Jawa...
Read More

Release Update ARKAS V 3.3

Pada Tanggal 21 April 2022 Aplikasi arkas update Release Update ARKAS V 3.3. Berikut adalah listperbaikannya: 1. Penyesuaian tarif PPn...
Read More

Bimtek Platform Merdeka Belajar dan IKM bagi Pengawas Angkatan I

Semarang-LPMP Jateng.  Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Tengah melaksanakan Bimbingan Teknis Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar dan Implementasi Kurikulum Merdeka...
Read More

Menyoal Literasi Bangsa Indonesia

Oleh : Slamet Trihartanto

 

Pernahkah Anda mempersoalkan kondisi literasi bangsa Indonesia? Anda pernah merasa prihatin dengan tingkat literasi masyarakat kita? Mengapa masih banyak terjadi orang mudah terhasut oleh oknum provokator? Mengapa orang mudah termakan berita hoax? Mengapa pula masih banyak orang ngeyel dengan bahaya Covid-19? Atau sederet tanya yang berujung kepada tingkat literasi bangsa kita yaitu kemampuan mengakses, membaca, dan memaknai informasi. Jika Anda pernah mengajukan deretan tanya itu, maka tulisan ini berusaha mencari jawabnya.

                Mengawali pembahasan ini, yuk simak kembali quote menarik dari Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Daoed Joesoef: “Demokrasi hanya akan berkembang di suatu masyarakat yang para warganya adalah pembaca, adalah individu-individu yang merasa perlu untuk membaca, bukan sekadar pendengar dan gemar berbicara” (Bukuku Kakiku, 2004). Berdasarkan quote itu, boleh kita mengajukan tanya apakah di tahun 2020 warga masyarakat Indonesia merupakan individu yang gemar membaca? Masihkah mereka lebih senang menjadi pendengar serta suka berbicara?

                Kondisi literasi bangsa Indonesia memang tergolong rendah. Minat baca anak bangsa berada di peringkat bawah jika dibandingkan dengan negara lain. Indonesia pernah menempati peringkat kerak dalam hal literasi dan membaca. Pemeringkatan itu pernah dikeluarkan oleh Central Connecticut State University (CSSU) dalam kajian bertajuk “World’s Most Literate Nations” pada Maret 2016. Hasil kajian itu itu menempatkan Indonesia di urutan 60 dari 61 negara. Kita hanya lebih unggul dari Botswana yang menghuni peringkat terdasar.

                Ada lima parameter yang menjadi dasar pemeringkatan, yaitu: hasil PISA (Programme for International Student Assessment), jumlah perpustakaan, sirkulasi surat kabar, sistem pendidikan, dan ketersediaan komputer. Berdasarkan lima parameter itu menempatkan Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia di urutan lima teratas.

                Peringkat literasi Indonesia yang berada di kerak itu segera disikapi oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan diluncurkan program Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan itu memiliki tiga jalur utama, yaitu: Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi Masyarakat (GLM), dan Gerakan Literasi Keluarga (GLK). Gerakan Literasi Nasional telah mampu mendorong tumbuhnya minat baca, salah satunya dapat dipantau melalui penyelenggaraan GLS. Terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23/2015 terbukti mampu menggerakkan sekolah menerapkan kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Minat baca siswa mulai tumbuh berkat akses perpustakaan diperluas melalui sudut pojok baca di kelas maupun sekolah.

                GLS terbukti memiliki program yang jelas dalam upaya meningkatkan minat baca anak bangsa. Bagaimana dengan GLM dan GLK? Sejauh ini belum ada kajian yang terpublikasi berkaitan dengan peningkatan kegairahan membaca di masyarakat dan keluarga. Bahkan menurut pengamatan saya secara terbatas, minat baca keluarga dan masyarakat cenderung stagnan kalau tidak bisa dikatakan menurun. Indikatornya adalah pemandangan orang membaca buku di ruang publik masih langka ditemui. Demikian pula, sangat jarang saya melihat anggota suatu keluarga asyik membaca.

                Ketidakberhasilan GLM dan GLK tidak lepas dari aspek budaya. Harus diakui secara kultural, masyarakat Indonesia pada umumnya adalah berbudaya tutur. Mereka betah berlama-lama menonton pertunjukan wayang, mendengarkan pengajian, ngerumpi di warung kopi, atau sekadar kongkow-kongkow di suatu tempat. Budaya paternalistik juga sangat kuat terjadi pada masyarakat kita. Apa pun kata ketua RT, ketua partai, pimpinannya adalah kebenaran. Tidak ada waktu bagi mereka untuk melakukan cek and recek, tidak peduli info hoax yang penting share dulu. Literasi masih menjadi kompetensi yang kurang perlu mereka miliki.

                Gerakan Literasi Nasional yang ditopang oleh Gerakan Literasi Sekolah terbukti mampu meningkatkan kemampuan literasi anak bangsa. Ada suatu laporan internasional yang membuat kita sebagai bangsa berbangga hati. Hasil survei “World Culture Index Score 2018”, kegemaran membaca masyarakat Indonesia menempati urutan ke-17 dari 30 negara. Kajian itu melaporkan bahwa dalam hal membaca, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu membaca sebanyak enam jam/minggu. Indonesia bahkan mengalahkan Argentina, Turki, Spanyol, Kanada, Jerman, Amerika Serikat, Italia, Mexico, Inggris, Brazil, Taiwan, Jepang dengan masing-masing tiga jam/minggu (dikutip dari Literasi Indonesia Rangking Terbawah Kedua di Dunia, Warta Ekonomi, tersedia online pada 12 April 2020).

                Membaca dua laporan peringkat literasi bangsa Indonesia pada tahun 2016 dan 2018 serta membandingkan kondisi minat baca masyarakat saat ini jelas perlu kita persoalkan. Apapun hasilnya, upaya menggairahkan minat baca masih perlu terus dilakukan. Mulai dari diri sendiri, menjadi teladan bagi anggota keluarga, dan menggerakkan masyarakat gemar membaca. Gerakan Literasi Sekolah harus terus dikuatkan. Senyampang pelaksanaan belajar dari rumah seperti saat ini, guru dan orang tua harus terus mendorong kegairahan membaca kepada anak bangsa.

4 thoughts on “Menyoal Literasi Bangsa Indonesia

  • April 13, 2020 at 1:20 pm
    Permalink

    _Muantabz Ki STH seratanipun *Menyoal Literasi Bangsa Indonesia..*_

    _Banyak faktor yg menyebabkan literasi kita rendah, walau ini hanya sebatas pengamatan pribadi saja, tanpa dilandasi referensi yg jelas.. Antara lain sbb:_

    _1. Kebiasaan baca dari orang tua-orang tua kita secara umum juga kurang, sehingga anak2 juga terbawa kebiasaan keluarga tersebut.. Kecuali anak yg sejak kecil sudah hidup keluar dari rumah, n hidup di lingkungan yg biasa membaca.._

    _2. Karena tidak biasa tersebut, maka tingkat kesenangan untuk membaca juga rendah.. Sehingga seperti yg disebutkan dalam tulisan tadi, lebih senang ngobrol berjam2 dari pada membaca n menulis.. Walau ada juga personal yg senang membaca sejak kecil.. Sy punya teman sejak SMP yg sudah senang membaca, walo awalnya dari membaca komik.. Dan hasilnya pengetahuan n wawasannya juga luas.._

    _3. Ditunjang dengan berkembangnya media sosial, maka walo sudah ada kesenangan untuk membaca, tapi baru sebatas membaca media sosial, yg kadang2 sumbernya tidak jelas, bahkan ada kecenderungan hoax.._

    _Sy jadi ingat kata2 seorang pengawas pembina, ketika sy masih sebagai guru yunior.. Kebiasaan baik itu awalnya harus dipaksakan.. Kalau sudah dipaksakan, lama2 akan menjadi kebiasaan.. Dan kalau sudah menjadi kebiasaan, lama2 akan menjadi budaya.. Hal ini termasuk budaya literasi.._

    _Sehingga sy setuju dengan kalimat penutup dalam tulisan yg menyebutkan: *Apapun hasilnya, upaya menggairahkan minat baca masih perlu terus dilakukan. Mulai dari diri sendiri, menjadi teladan bagi anggota keluarga, dan menggerakkan masyarakat gemar membaca. Gerakan Literasi Sekolah harus terus dikuatkan.*_

    _Pungkasaning atur, menawi kepareng kula badhe miterang babagan salah setunggal tembung ing irah2an (judul) seratan, bab tembung *Menyoal..* Maturnuwun.._

    Reply
    • April 17, 2020 at 5:10 am
      Permalink

      Terima kasih atas ulasan dan apresiasi Pak Yulius, KS SMKN 1 Juwiring Klaten.

      Reply
  • April 13, 2020 at 1:40 pm
    Permalink

    Menyemai bibit minat baca di kalangan siswa sangat penting karena mereka pemilik Indonesia masa depan.

    Reply
  • April 17, 2020 at 5:08 am
    Permalink

    Wow, keren ulasan dan apresiasi dari Pak Yulius, Kepsek SMKN 1 Juwiring Klaten. Terima kasih telah berkenan mengunjungi laman LPMP.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

iklan