
MEMPERKUAT KARAKTER SISWA “ZAMAN NOW” MELALUI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Arus teknologi dan informasi memiliki peran yang sangat penting pada kehidupan masyarakat saat ini. Meskipun teknologi punya dampak besar pada sektor kehidupan, perkembangan teknologi dapat menjadi tantangan terhadap pribadi anak-anak. Dunia pendidikan tidak menampik bahwa kemajuan teknologi memberikan manfaat yang signifikan. Kita hidup di zaman perkembangan teknologi dan informasi sangat pesat melalui internet. Tahun 2018, Indonesia menempati peringkat ke-6 pengguna internet di dunia.
Berdasarkan data dari Kompas Teknodi We are Social, facebook merupakan media sosial yang paling populer, yang memiliki jumlah akun mencapai 130 juta. Selain itu, facebook juga adalah media sosial yang paling sering dikunjungi menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Selain itu, berdasarkan survei, pengguna paling banyak berusia 10-14 tahun. Media sosial menjadi salah satu media yang populer dan banyak digrandrungi untuk mengekspresikan diri secara bebas. Namun, kebebasan tersebut malah disalahgunakan dengan cara yang kurang pantas dan bertentangan dengan norma agama dan masyarakat. Cerita-cerita viral tentang siswa yang keterlaluan, berani menantang guru, pelecehan-pelecehan yang diekspos, hal-hal seperti pornografi, pergaulan bebas, kenakalan remaja, transgender, hubungan sesama jenis, hedonisme, dan kata-kata kasar atau kebencian yang sulit dikendalikan oleh guru. Namun di lain pihak, seringkali terjadi justru guru yang terpojok dengan adanya campur tangan terlalu dalam orang tua siswa. Bahkan seringkali sampai masuk ke ranah hukum dan melibatkan pengacara serta aparat hukum. Dari penjelasan tersebut, kita ketahui bahwa dampak negatif dari internet khususnya media sosial sangatlah memprihatinkan terutama bagi para anak-anak dan remaja, yang dikenal dengan istilah “anak zaman now”, yang merupakan generasi penerus bangsa. Namun, ada satu hal yang dianggap dapat mengurangi dampak negatifnya yaitu dengan cara penanaman pendidikan karakter.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), telah berupaya membangun strategi membangun karakter anak bangsa melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Program PPK digagas oleh Kemdikbud sejalan dengan upaya menyukseskan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang digagas Presiden Joko Widodo. Lembaga yang menjadi prioritasnya adalah pendidikan dasar, mulai dari jenjang PAUD, SD, dan SMP. Adapun tujuan dari Penguatan Pendidikan Karakter juga dilakukan untuk menciptakan generasi yang siap saing. Namun, juga dibekali dengan akhlak dan karakter yang mencerminkan budi pekerti pribadi bangsa kita.
Pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara telah mengajarkan kepada kita bahwa: “ Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”, yang artinya adalah “ Di depan guru memberikan teladan, di tengah guru memberikan semangat, di belakang guru mendorong siswanya untuk selalu belajar dan berperilaku baik”. Dengan menggunakan prinsip pemikiran Ki Hajar Dewantara, program PPK dicanangkan meliputi sejumlah hal, yakni pembekalan ilmu pengetahuan atau olah pikir, bersama olah hati, olah rasa, dan olahraga atau kesehatan fisik anak.
Ada 5 nilai (karakter) utama yang harus diprioritaskan dalam melaksanakan PPK di sekolah, yaitu:
1. Religiusitas
Sikap religiusitas mencerminkan keberimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Disini siswa ditekankan agar menjadi pemeluk agama yang taat tanpa harus merendahkan pemeluk agama lain. Apalagi saat ini sedang diwacanakan kurikulum anti terorisme, seyogyanya kita sambut dengan melatih siswa untuk selalu mengedepankan toleransi antar umat beragama.
2. Nasionalisme
Nasionalis berarti menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Untuk memupuk jiwa nasionalis, perlu dimulai dari hal-hal kecil. Seperti mematuhi peraturan sekolah, menjaga kebersihan lingkungan, dan mengikuti upacara bendera dengan khidmat.
3. Kemandirian
Mandiri artinya tidak bergantung pada orang lain dan menggunakan tenaga, pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita. Mandiri erat hubungannya dengan kesuksesan seseorang. Orang yang hidup mandiri sejak kecil umumnya meraih sukses saat menginjak usia dewasa. Itulah alasan mandiri menjadi karakter terdepan yang harus dimiliki anak sekolah.
4. Gotong Royong
Gotong royong menerminkan tindakan menghargai kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama. Sudah jelas, tradisi gotong-royong semakin lama semakin hilang akibat arus teknologi yang membuat siapapun bisa menyelesaikan pekerjaan sendiri. Hal ini harus diputus, salah satunya lewat pembiasaan-pembiasaan di sekolah seperti kerja bakti, mengedepankan musyawarah dan saling menghargai antarteman.
5. Integritas
Integritas artinya selalu berupaya menjadikan dirinya sebagai orang yang bisa dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Siswa yang berintegritas akan berhati-hati dalam menjalin pergaulan, sebab kepercayaan yang diberikan teman-temannya itu mahal harganya. Dengan maraknya praktik bullying dan perundungan, sekolah perlu membuat kebijakan tegas bahwa siswa di sekolah harus berkata dan bertindak positif antar teman sebagai bagian dari pembiasaan melatih karakter integritas.
Kelima nilai utama di atas merupakan aktualisasi dari pancasila, 3 (tiga) pilar Gerakan Nasional Revolusi Mental, Nilai-Nilai Kearifan Lokal dan Tantangan Masa Depan. Perlu dipahami bahwa kelima karakter di atas tidaklah berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.
Keberhasilan program ini sangat tergantung pada dukungan berbagai pihak. Program ini berhasil bukan hanya karena dukungan dari warga sekolah saja, tetapi juga dukungan masyarakat dan orangtua memiliki peran penting dalam pendidikan karakter. Sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting untuk memperkuat pendidikan karakter bagi anak. Kerja sama semua pihak perlu dijalankan dengan baik, supaya pendidikan karakter bisa berjalan secara optimal kepada anak. Untuk membentuk generasi bangsa yang baik, perlu bagi banyak pihak menciptakan suasana yang kondusif dan saling mendukung. Hal itu perlu diperhatikan sebagai upaya agar tercipta generasi muda yang lebih baik sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Membangun karakter bangsa dimulai dari bangku sekolah.
*) Suprapti, S.KM, M.Pd, Seksi Pemetaan Mutu Pendidikan LPMP Jawa Tengah