
KARAKTER DALAM IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU SEKOLAH
Oleh: Ardiani Mustikasari, S.Si, M.Pd
Abstrak
Hasil survey menunjukkan implementasi penjaminan mutu sekolah sebagai pemenuhan terhadap tuntutan eksternal dan beban administrasi. Berdasarkan data pemetaan mutu sekolah tahun 2018 dapat dinyatakan bahwa belum ada sekolah di provinsi Jawa Tengah yang mencapai level 5 (memenuhi SNP). Untuk itu dibutuhkan komitmen warga sekolah dalam mengimplementasi sistem penjaminan mutu. Permasalahan yang muncul adalah bagaimanakah karakter dalam implementasi penjaminan mutu sekolah?. Artikel ini akan menganalisis karakter dalam implementasi penjaminan mutu sekolah. Hasil analisis menunjukkan penguatan karakter dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang mengakui mutu sebagai nilai kerja.
A. PENDAHULUAN
Implementasi penjaminan mutu di pendidikan dasar dan menengah belum terlaksana sesuai yang diharapkan. Berdasarkan hasil survey, penjaminan mutu sekolah dilakukan sebagai tanggapan terhadap persyaratan eksternal dan seringkali dianggap sebagai beban administrasi. Sekolah belum memahami secara utuh tentang implementasi penjaminan mutu sehingga belum mampu menerapkan SNP dengan baik pada setiap program atau kegiatan yang dilakukan oleh sekolah.
Berdasarkan data hasil pemetaan mutu sekolah tahun 2018 yaitu rapor mutu Provinsi Jawa Tengah, sekolah di provinsi jawa tengah belum ada yang level 5 (memenuhi standar nasional pendidikan). Standar mutu belum terpenuhi baik pada jenjang SD, SMP, SMA dan SMK.
Pemerintah telah berupaya mengembangkan model penjamianan mutu yang dituangkan dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 28 tahun 2016 tentang sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah. LPMP memfasilitasi implementasi penjaminan mutu sekolah untuk pemenuhan 8 SNP.
Implementasi penjaminan mutu harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Sebaik apapun sistem apabila tidak dilaksanakan oleh semua warga sekolah tidak akan berdampak pada pemenuhan atau peningkatan mutu. Implementasi penjaminan mutu dibutuhkan komitmen dari warga sekolah.
Rumusan Masalah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah bagaimanakah karakter dalam penjaminan mutu sekolah?. Untuk itu tujuan makalah ini adalah menganalisis karakter dalam penjaminan mutu sekolah.
B. METODE
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah studi literatur. Penulis melakukan metaanalisis jurnal dan buku teks.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein, yang berarti melukis, menggambar. Karakter diartikan sebagai tanda atau ciri individual atau keadaan moral seseorang. Karakter seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya. Dari makna kata tersebut karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Kevin Ryan, 1999:5). Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the good), mencintai yang baik (loving the good), dan melakukan yang baik (acting the good). Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa melakukan kebaikan. Untuk itu pendidikan karakter merupakan usaha sengaja atau sadar untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan baik untuk individu maupun masyarakat secara keseluruhan (Suparlan, 2010).
Aristoteles mendefiniskan karakter yang baik sebagai tingkah laku yang benar dalam hubungannya dengan orang lain dan diri sendiri. Sedangkan karakter dalam pandangan filosof kontemporer seperti Michael Novak, adalah campuran atau perpaduan dari semua kebaikan yang berasal dari tradisi keagamaan, cerita, dan pendapat orang bijak, yang sampai kepada kita melalui sejarah. Menurut Novak, tak seorangpun yang memiliki semua kebajikan itu, karena setiap orang memiliki kelemahan. Seseorang dengan karakter terpuji dapat dibedakan dari yang lainnya (Lickona, 1991:50).
Penguatan karakter melalui pembiasaan dan keteladanan. Pembiasaan perlu dikonsistensikan sehingga menjadi budaya.
Terbangunnya budaya mutu merupakan tujuan dari implementasi penjaminan mutu sekolah. Budaya mutu sekolah mendorong semua warga sekolah untuk memberikan layanan yang memuaskan. Kepuasan terhadap layanan membuat pelanggan kembali lagi dan memberi tahu kepada yang lain terkait layanan yang diterima.
Hasil kajian jurnal terkait topik pengembangan karakter melalui implementasi penjaminan mutu sekolah disajikan sebagai berikut. Penjaminan mutu dilakukan dengan mengembangkan dokumen mutu dan untuk memastikan penerapan sistem dokumen digunakan daftar checklist. Daftar periksa digunakan untuk memastikan konsistensi dan efisiensi serta menumbuhkan budaya mutu (Hosie P., et all, 2005). Implementasi penjaminan mutu e-learning di universitas melalui pendekatan siklus berkelanjutan yang berorientasi pada proses pada tahap perencanaan dilakukan pengembangan alur kerja/flowchart dan instrumen checklist untuk memastikan penerapan standar. Keberhasilan implementasi memerlukan dukungan lingkungan yang secara eksplisit mengakui mutu sebagai nilai kerja dan sebagai pendorong untuk mencapai tujuan organisasi (Abdous, M., 2009). Hal tersebut diperkuat Silimperi yang menyatakan bahwa implementasi penjaminan mutu dibutuhkan dukungan lingkungan yang mengakui mutu sebagai nilai kerja. Dokumen sebagi dukungan, bimbingan, penguatan, dan perbaikan terus menerus (Silimperi, D. R., et all, 2002). Untuk itu implementasi penjaminan mutu perlu dikembangkan komunitas yang perduli pada sistem dan individu yang memiliki moral dan etika (Chung Sea Law, D., 2010). Implementasi penjaminan mutu membutuhkan komitmen dari semua individu dalam organisasi. Komitmen seseorang akan terlihat dari perilaku tanggung jawab menyelesaikan tugas, disiplin, pantang menyerah (Milson, A. J., 2000).
Kajian jurnal tersebut menunjukkan bahwa dalam keberhasilan implementasi penjaminan mutu dibutuhkan lingkungan yang mengakui mutu sebagai nilai kerja. Individu yang berorientasi mutu akan peduli pada sistem dan memiliki komitmen untuk melaksanakan sistem yang dibangun. Dengan demikian karakter peduli, tanggung jawab, disiplin, pantang menyerah dibutuhkan dalam implementasi penjamiann mutu.
Karakter tanggung jawab dapat diobservasi melalui perilaku warga sekolah dalam penyelesaian tugas. Pantang menyerah diobservasi melalui penerimaan terhadap temuan hasil audit dan kemauan memperbaiki temuan sesuai tindak lanjut yang disepakati. Peduli diobservasi melalui kemauan mengikuti kebijakan penjaminan mutu. Disiplin diobservasi melalui tertib melaksanakan langkah dalam prosedur mutu, tertib mengikuti form yang ada, tepat waktu dalam menyelesain tugas.
Selaras dengan pendapat Sallis bahwa pendidikan dipandang sebagai sebuah layanan atau jasa. Indikator mutu layanan jasa adalah kepuasan pelanggan. Jasa berhubungan dengan perilaku langsung antara pemberi dan pengguna, sehingga karakter menjadi indikator penting dalam layanan jasa. Karakter tanggung jawab, disiplin, peduli, sopan, ramah dan mau membantu merupakan hal yang penting dalam penjaminan mutu.
D. PENUTUP
Karakter yang baik sebagai tingkah laku yang benar dalam hubungannya dengan orang lain dan diri sendiri. Pengembangan karakter merupakan hal yang penting dalam implementasi penjaminan mutu sekolah. Karakter dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang mengakui mutu sebagai nilai kerja. Karakter tanggung jawab, disiplin, peduli, sopan, ramah dan mau membantu diharapkan tumbuh dalam membangun budaya mutu.
Saran bagi sekolah agar menjalankan perannya sebagai ujung tombak penjaminan mutu. Penerapan penjaminan mutu dilakukan dengan menumbuhkan nilai-nilai karakter pada warga sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdous, M. 2009. E-learning quality assurance: a process-oriented lifecycle model. Quality Assurance in Education Vol. 17, Issue: 3, 281 – 295.
Althof, W. & Berkowitz, M. W. 2006. Moral Education and Character
Education: Their Relationship And Roles in Citizenship Education, Journal of Moral Education, 35:4, 495-518, DOI: 10.1080/03057240601012204
Chung Sea Law, D. 2010. Quality assurance in post-secondary education: Some common approaches. Quality Assurance in Education, 18(1), 64-77.
Davidson, M. 2014. A character education research perspective for the 21st century. Journal of Research in Character Education, 10(1), 77.
Milson, A. J. 2000. Social studies teacher educators’ perceptions of character education. Theory & Research in Social Education, 28(2), 144-169.
Narvaez, D., Khmelkov, V., Vaydich, J. L., & Turner, J. C. 2008. Teacher self-efficacy for moral education: Measuring teacher self-efficacy for moral education. Journal of Research in Character Education, 6(2), 3.
Newton, J. 2000. Feeding the Beast or Improving Quality?: academics’ perceptions of quality assurance and quality monitoring. Quality in higher education, 6(2), 153-163.
Silimperi, D. R., Miller Franco, L. Y. N. N. E., Veldhuyzen Van Zanten, T. I. S. N. A., & Macaulay, C. 2002. A framework for institutionalizing quality assurance. International Journal for Quality in Health Care, 14(suppl_1), 67-073.
Sudrajat, A. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1).
Ilustrasi: http://news.unair.ac.id/2018/02/15/bekali-kehidupan-kampus-mahasiswa-lewat-character-building/