Proyeksi Layar HP Ke PC dan Laptop : Screen Mirroring Menggunakan Vysor

Dwi Kustari, S.Sos. BBPMP Provinsi Jawa Tengah   Pengantar Saat melakukan presentasi tentang sebuah aplikasi, terkadang kita dituntut untuk menunjukkan...
Read More

Laporan ULT Bulan Maret 2022

Laporan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) Bulan Maret 2022 ULT LPMP Provinsi Jawa Tengah   Jumlah Pengunjung ULT LPMP Provinsi Jawa...
Read More

Release Update ARKAS V 3.3

Pada Tanggal 21 April 2022 Aplikasi arkas update Release Update ARKAS V 3.3. Berikut adalah listperbaikannya: 1. Penyesuaian tarif PPn...
Read More

Bimtek Platform Merdeka Belajar dan IKM bagi Pengawas Angkatan I

Semarang-LPMP Jateng.  Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Tengah melaksanakan Bimbingan Teknis Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar dan Implementasi Kurikulum Merdeka...
Read More

HOTS, BUKAN SEKADAR PENILAIAN

Kemampuan berpikir tingkat tinggi sangat diperlukan untuk menghadapi tuntutan zaman. Tugas guru tidak hanya membekali dan mengantarkan peserta didik untuk mendapatkan ijazah saja, namun lebih kepada membekali peserta didik untuk siap terjun kedalam masyarakat. Hal ini tidak dapat dicapai secara instant.  Proses pembelajaran yang dilakukan di kelas hendaknya disesuaikan dengan tuntutan abad 21, yaitu kreatif, kritis, kolaboratif, dan komunikatif.

Pemikiran tentang HOTS (Higher Order Thingking Skills) yang berkembang di kalangan guru ternyata belum sepenuhnya memenuhi kriteria yang diharapkan. HOTS masih dipandang sebagai alat penilaian yang memuat soal-soal yang sulit. Padahal HOTS bukan sekadar penilaian. Justru pembelajaran yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggilah yang menjadi inti dari suatu pembelajaran sedangkan penilaian merupakan salah satu bagian dari pembelajaran tersebut. Pola pikir tersebut harus diubah. Guru yang sebelumya hanya berperan sebagai pentransfer ilmu pengetahuan, kini harus memiliki peran lain. Guru harus dapat memunculkan kemampuan berpikir kritis dari peserta didik. Guru juga harus dapat membekali dan memfasilitasi peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang telah dan akan dihadapi peserta didik dalam keseharian mereka.

Penerapan proses berpikir HOTS ini tidak lepas dari kreativitas guru dalam merancang suatu perencanaan pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 yang sudah diterapkan di semua sekolah, keberadaan buku guru dan buku peserta didik bukanlah pedoman utama dalam menyajikan materi pembelajaran. Tantangan sebenarnya adalah bagaimana membelajarkan materi pembelajaran yang dapat mengeksplorasi kemampuan peserta didik yang sebenarnya karena sebenarnya inovasi dalam bidang pendidikan tidak hanya muncul dari ide guru saja, namun bisa juga dari peserta didik. Guru yang menyajikan pembelajaran dengan “tidak biasa” akan memunculkan keingintahuan yang lebih dari peserta didik untuk mengetahui “kejutan” menyenangkan apalagi yang akan diberikan guru mereka. Kemampuan guru dalam memotivasi peserta didik juga tidak kalah penting. Pemberian reward, pembiasaan yel-yel, pengadaan lomba berkala merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi peserta didik.

Pembelajaran yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi harus diikuti dengan penilaian yang juga mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Soal berorientasi HOTS bukan berarti soal yang sulit untuk dikerjakan. Soal HOTS merupakan soal yang menuntut kemampuan berpikir peserta didik pada level berpikir yang tidak hanya menerapkan level menghafal saja. Penilaian HOTS mencakup kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis, berkreasi, dan memecahkan masalah.

Pembelajaran dan penilaian berorientasi HOTS harus diimbangi dengan penerapan pendidikan karakter dan kemampuan literasi yang merupakan amanat dari kurikulum 2013. Peserta didik pada usia sekolah dasar sangat rentan dengan pembiasaan yang dilakukan dalam keseharian mereka. Pemberian teladan dari guru berpengaruh terhadap penyerapan materi yang akan diterima peserta didik. Materi yang diterima peserta didik tidak hanya untuk pemenuhan kompetensi yang harus dikuasai, pembentukan watak peserta didik juga tidak kalah penting dalam penyampaian kompetensi tersebut. Hal tersebut sudah tercantum dalam regulasi mengenai literasi dan pendidikan karakter. Bahkan, pada akhir tahun 2018, regulasi mengenai pelaksanaan pembelajaran di sekolah sudah ditambahkan dengan regulasi yang memasukkan unsur informatika sebagai unsur penting yang akan membekali peserta didik untuk menempatkan diri pada era digital, yaitu Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018. Oleh karena itu, guru zaman now harus dapat menyajikan pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan HOTS, literasi, pendidikan karakter, dan informatika dalam proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sehingga dalam menghadapi era digital ini peserta didik mampu berkompetisi dalam sengitnya persaingan dunia pendidikan di abad 21.

 

(Saeful Kamal J, S.Pd – Guru SD Negeri 1 Gebang)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

iklan