
GERAKAN “SARI SATE” (SATU HARI SATU TEMA) ALTERNATIF MEMBANGUN GENERASI CERDAS DENGAN MEMBACA
Oleh : Kucisti Ike Retnaningtyas Suryo Putro
Fenomena literasi saat ini belum menunjukkan geliat yang menggembirakan. Laju teknologi yang tak terbendung berdampak pada kecenderungan anak menjadi pecandu “game online” dan menjadi budak “gadget”. Pentingnya membaca dikemukakan Tarigan (1987:12) bahwa “kita harus menyadari benar, bahwa membaca mempunyai peranan sosial yang amat penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa sebab membaca merupakan alat komunikasi yang diperlukan dalam masyarakat berbudaya.
Gerakan literasi didukung oleh lembaga sekolah, lembaga keluarga dan masyarakat. Literasi harus menjadi ekosistem untuk gerakan membumikan literasi yang bermuara untuk masa depan yang lebih baik. Lembaga sekolah harus ditata dan ditransformasi sehingga generasi yang memiliki tradisi literasi tumbuh di lingkungan yang mendukung.
Penataan dan transformasi pendidikan harus dimulai dengan mengacu pada lima pilar pendidikan (five pillar of learning) yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, learning to be dan learning to transform for oneself and society. Gerakan literasi seperti kunjungan keperpustakaan setiap pekan, membaca 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran, membuat resume, kelas literasi, pekan buku, buletin sekolah, perpustakaan keliling, duta baca, aneka lomba literasi dan aneka kegiatan literasi sekolah yang telah banyak dilakukan yang tentu saja itu harus dijaga dan ditingkatkan lagi.
Peserta didik sebagai generasi yang disiapkan mutlak dilakukan. Pemberian contoh dari kepala sekolah dan guru bahwa mereka juga berliterasi harus dilakukan. Sangat sulit rasanya menjadikan peserta didik kita menjadi generasi yang literat jika guru dan kepala sekolahnya tidak literat, begitu juga dengan orang tua harus menjadi orang tua yang literat, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda dan semua unsur harus menjadi generasi yang literat.
Dalam rangka membumikan literasi, telah dilakukan upaya kreatif dan inovatif di lembaga sekolah yang berbasis pada tri pusat pendidikan yakni dengan menggandeng warga sekolah, orang tua, dan lingkungan masyarakat. Gagasan kreatif dan inovatif yang telah dilakukan di SMP Negeri 13 Surakarta tempat penulis bekerja adalah gerakan “SARI SATE” (satu hari satu tema) yang merupakan giat literasi sebagai upaya meningkatkan motivasi baca-tulis peserta didik.
Gerakan “SARI SATE” (Satu Hari Satu Tema)
Penulis mengembangakan strategi menyiasati cara meningkatkan motivasi dan meningkatkan literasi baca-tulis peserta didik di sekolah melalui gerakan “SARI SATE” (Satu hari satu tema). Dikatakan satu hari satu tema karena merupakan gerakan terjadwal berupa membaca dan membuat resensi dengan target yang ditentukan yakni sehari membaca satu tema buku bacaan bebas non pelajaran. Hal ini diharapkan menjadi suatu tradisi yang dikembangkan sebagaimana pengelolaan pembelajaran. Dengan program ini diharapkan dapat mengaktifkan peserta didik melakukan kegiatan membaca kapan dan di mana saja sehingga dapat menjadi suatu kondisi yang mentradisi dalam diri peserta didik pada masa yang akan datang.
Kegiatan pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan ini adalah peserta didik meminjam buku di perpustakaan sekolah berupa buku fiksi maupun buku nonfiksi. Orang tua juga dilibatkan dalam kegiatan ini dengan adanya buku pantauan literasi yang sudah dipersiapkan. Kegiatan membaca peserta didik dilakukan di luar jam pelajaran. Pada waktu peserta didik membaca, ia diwajibkan mengisi buku pantauan literasi yang telah disediakan. Buku pantauan literasi berisi hal-hal yang penting diketahui dalam kegiatan membaca. Judul, pengarang, tebal, waktu baca, hal-hal menarik atau inti isi buku.
Untuk melatih apresiasi, sikap ilmiah, serta mempertebal rasa tanggung jawab peserta didik dilakukan kegiatan presentasi terhadap hasil resensi di depan kelas, yang menyangkut masalah sinopsis dan penilaian terhadap bacaan tersebut. Tatacara pelaksanaan presentasi, pertama : presenter memperkenalkan buku yang dibaca mulai dari judul, pengarang dan seterusnya. Lalu mengulas/menceritakan secara ringkas isi buku tersebut dan diikuti oleh pandangan-pandangannya sendiri, dan akhirnya pada penilaiannya terhadap buku itu, baik kekurangan maupun kelebihannya.
Untuk merangsang motivasi membaca peserta didik, setiap presenter, moderator, sekretaris, dan penanya terbaik setiap bulan diberikan hadiah yang berkaitan dengan aktivitas membaca. Peserta didik akan termotivasi untuk terus meningkatkan aktivitas baca. Pemberian rangsangan berupa reward, buku baru yaitu (1) Setiap triwulan kepala sekolah menentukan resensi terbaik pada setiap kelas sebagai hasil seleksi guru kelas yang diumumkan pada kegiatan upacara (2) Setiap semester sekolah menentukan resensi terbaik pada sekolah sebagai hasil seleksi kepala sekolah yang diumumkan pada kegiatan upacara. (3) Setiap tahun dipilih peresensi terbaik oleh kepala sekolah yang diumumkan pada acara kenaikan kelas. (4) Setiap tahun kembali ke awal lagi menyediakan buku yang siap untuk dibaca atau ditukar setiap kelas bagi yang belum terbaca.
Terimakasih LPMP